You are currently viewing Belajar di Perpus, Tidak Mencari Referensi – Ini yang Dilakukan Siswa

Belajar di Perpus, Tidak Mencari Referensi – Ini yang Dilakukan Siswa

Pagi itu, saya melihat banyak siswa di perpustakaan. Saya baru saja dari kelas, dan hendak kembali ke meja kerja saya di perpus. Saya ingat, bahwa hari itu ada jam belajar di perpus. Mata pelajaran Matematika kelas 9, yang dibimbing oleh Bu Annisa Dita. Rupanya pelajaran sudah dimulai, dan Bu Annisa ada di sana, sedang memberikan instruksi. Tak lama kemudian, para siswa bergerak, menuju ke rak-rak buku.

Saya melihat beberapa siswa mengambil lebih dari satu buku. Ada yang mengambil buku kecil, ada yang tebal, ada juga buku yang lebar. Kemudian mereka membawa buku-buku itu ke kelompoknya masing-masing. Satu kelompok terdiri atas tiga orang. Kebanyakan mereka suka duduk lesehan di karpet. Meskipun ada juga yang memilih bekerja di meja baca.

Saya menduga, mereka mengambil buku-buku referensi matematika. Lalu mencari referensi tentang definisi yang berkaitan tentang matematika, penjelasan rumus matematika, atau paling tidak soal-soal latihan. Betul, kan? Salah!

Para siswa itu, mengukur setiap buku dengan penggaris masing-masing. Karena penasaran, saya pun mendekati mereka.

“Kalian sedang apa?” tanya saya.

“Mengukur panjang dan lebar buku-buku ini pak,” jawab seorang siswa.

Saya pun terdiam. Saya melihat selembar kertas yang mereka bawa. Lembar kerja itu memang berisi kolom-kolom untuk mengisi panjang dan lebar buku. Mungkin juga siswa diminta menghitung luasnya. Saya kurang begitu jelas, karena hanya melihat sekilas.

“Bukannya kalian mencari buku referensi?” tanya asaya lagi.

“Tidak Pak. Kata Bu Annisa terserah,” jawab siswa yang lain di kelompok itu.

Saya mulai paham. Para siswa ini, tidak sedang mencari sumber referensi untuk belajar matematika. Melainkan, mereka sedang mencari buku, untuk diukur dan dicatat panjang dan lebarnya. Menurut keterangan bu Annisa, pembelajaran ini mengenai kesebangunan dan kekongruenan. Tujuannya, siswa dapat membedakan, bentuk-bentuk yang sebangun, kongruen, maupun yang tidak.

Jadi begitu. Ternyata belajar di perpustakaan, tidak hanya soal referensi pengetahuan. Koleksi buku perpustakaan, bisa juga dijadikan objek pengukuran, seperti pada pembelajaran matematika ini. Menurut saya, ini adalah bentuk kreatifitas guru. Intinya, siswa tidak merasa bosan karena terus-menerus belajar di dalam kelas. Mereka bisa belajar di luar kelas, di mana saja, yang bisa memberikan suasana baru dan menyenangkan. Apalagi jika tempat itu, mempunyai objek yang bisa mendukung proses pembelajaran di kelas.

This Post Has 2 Comments

  1. Sign Up

    Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.

Leave a Reply to Sign Up Cancel reply